PENGEMBANGAN SISTEM
D
D
I
S
U
S
S
U
N
OLEH
OLEH
KELOMPOK 7 :
1. Febri Damayanti Nasution 14110004
2. Indah Pratiwi 14110178
3. Jaya Sumarlin 14110130
4. Tria Andini 14110058
5. Riki Hendro 14110134
STIE
BINA KARYA
TEBING
TINGGI
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ i
PENGEMBANGAN SISTEM..................................................................................................... 1
A.
PENDEKATAN
SISTEM................................................................................................ 1
A.1. Urut-Urutan Langkah.............................................................................................. 2
A.2. Upaya Defenisi......................................................................................................... 3
A.3. Upaya
Solusi............................................................................................................ 5
B. SIKLUS
HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM............................................................ 6
C.
SLDC
TRADISIONAL................................................................................................... 7
C.1. Tahap Perencanaan.................................................................................................... 7
C.2. Tahap Analisis........................................................................................................... 8
C.3. Tahap Desain............................................................................................................. 8
C.4. Tahap Perencanaan.................................................................................................... 9
C.5. Tahap Perawatan....................................................................................................... 9
D.
PROTOTYPING.............................................................................................................. 10
D.1. Jenis-Jenis Prototipe.................................................................................................. 10
D.2. Daya Tarik Prototyping............................................................................................. 11
D.3. Potensi
Kesulitan Dari Prototyping........................................................................... 12
E. PENGEMBANGAN
APLIKASI CEPAT...................................................................... 12
F.
PENGEMBANGAN
BERFASE..................................................................................... 13
F.1. Tahap-Tahap Perkembangan Berfrase........................................................................ 14
F.2. Fase-Fase
Modul........................................................................................................ 15
G. DESAIN
ULANG PROSES BISNIS............................................................................. 15
H. MENEMPATKAN
SDLC TRADISIONAL, PROTOTYPING, RAD, PENGEMBANGAN BERTAHAP DAN BPR DALAM
PERSPEKTIF................................................................................ 16
I. ALAT-ALAT
PENGEMBANGAN SISTEM................................................................. 17
J. PEMODELAN
PROSES................................................................................................. 19
K. MANAJEMEN
PROYEK............................................................................................... 21
L.
MENGESTIMASI
BIAYA PROYEK............................................................................ 23
L.1. Input Pengestimasian Biaya...................................................................................... 23
L.2. Alat-Alat Dan Teknik Estimasi Biaya....................................................................... 23
L.2. Output
Pengestimasian Biaya.................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN
SARAN................................................................................................... 25
A. Kesimpulan................................................................................................................... 25
B. Saran............................................................................................................................. 26
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................. iii
PENGEMBANGAN
SISTEM
Pengembangan sistem merupakan tindakan
mengubah, menggantikan, atau menyusun kembali sistem lama menjadi sistem yang
baru baik secara sebagian maupun keseluruhan untuk memperbaiki sistem yang
selama ini berjalan (yang telah ada).
Dalam sebuah perusahaan yang dinamis
sebuah pengembangan sistem merupakan suatu tindakan yang penting untuk
dilakukan, tujuannya adalah agar mekanisme atau sistem kerja pada perusahaan
tersebut menjadi lebih baik, semua aspek lebih terintegrasi pada suatu
sistem/peraturan. Titik berat pada pengembangan ini ialah bagaimana mengganti
sebuah sistem (mengembangkan) dari yang lama (konvensional) ke yang lebih baru
(modern), sebuah sistem yang lebih terintegrasi dengan perangkat komputerisasi
yang lebih memudahkan pengolahan data guna menghasilkan informasi yang
berkualitas yang nantinya berperan penting dalam pengambilan keputusan pada
tingkat manajer (pimpinan) suatu perusahaan.
A. PENDEKATAN SISTEM
Pendekatan sistem adalah
pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah yang kompleks dan
bersifat interdisiplin sebagai bagian dari suatu sistem. Pendekatan sistem mencoba
menggali elemen-elemen terpenting yang memiliki kontribusi signifikan terhadap
tujuan. Pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisikal,
dapat dihubungkan dengan analisis biotis, dan dapat dihubungkan dengan analisis
gejala sosial. Ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem,
ialah:
1. Adanya tujuan: Setiap rakitan sistem
pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan lebih dahulu, dan itu menjadi
tolok ukur pemilihan komponen serta kegiatan dalam proses kerja sistem.
Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem
mengarah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem ialah pusat orientasi
dalam suatu sistem.
2. Adanya komponen sistem (selain tujuan):
Jika suatu sistem itu ialah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) ialah
komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di
sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik
manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di
dalamnya ialah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki
komponen-komponen sistem.
3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika
(gerak) dan kesatuan kerja sistem: Tubuh badan kita merupakan suatu sistem,
setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut mengemban fungsi tertentu, yang
keseluruhannya (semua fungsi komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak,
agar diri kita dan kehidupan kita sebagai manusia berjalan secara sihat dan
semestinya.
4. Adanya interaksi antar komponen: Antar
sub-sistem atau komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling
mempengaruhi, dan saling ketergantungan
Proses
pemecahan masalah secara sistematis bermulai dari John dewey, seorang profesor
filosofi dari colombia university. Ia mengidenfikasikan tiga seri penelitian
yang terlibat dalam memecahkan suatu kontroversi secara memadai:
a.
Mengenali kontroversi
b.
Menimbang klaim alternative
c.
Membentuk penilaian
Ilmuwan
manajemen dan spesialis informasi merekomendasikan kerangka kerja dikenal
sebagai pendekatan sistem (system approach) yaitu serangkaian langkah-langkah
pemecahan masalah yang memastikan bahwa suatu masalah telah dipahami,
solusi-solusi alternatif telah dipertimbangkan, dan bahwa solusi yang dipilih
berhasil.
A.1. URUT-URUTAN LANGKAH
Meskipun
banyak uraian mengenai pendekatan sistem mengikuti pola dasar yang sama, namun
jumlah langkahnya dapat bervariasi. Kita menggunaka 10 langkah, yang
dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu :
Langkah 1 –MELIHAT PERUSAHAAN
SEBAGAI SUATU SISTEM
Anda
harus dapat memandang perusahaan anda sebagai suatu sistem. Hal ini dapat
terlaksana dengan mempergunakan model sistem umum.
Langkah 2 –MENGENAL SISTEM
LINGKUNGAN
Hubungan
perusahaan atau organisasi dengan lingkungannya juga merupakan suatu hal yang
penting.
Langkah 3 –MENGIDENTIFIKASI
SUBSISTEM PERUSAHAAN
Subsistem
utama perusahaan dapat mengambil beberapa bentuk, bentuk termudah yang dapat
dilihat manajer adalah area-area bisnis.Manajer juga dapat melihat
tingkat-tingkat manajemen sebagai subsistem.
A.2. UPAYA DEFINISI
Upaya definisi biasanya dirangsang
oleh suatu pemicu masalah(problem tringger) yaitu suatu sinyal yang menandakan
bahwa keadaan berjalan lebih baik atau lebih bururk dari yang telah
direncanakan.sinyal itu dapat berasal dari dalam perusahaan atau lingkungannya
dan akan mengawali suatu proses pemecahan masalah. Gejala (symptom) adalah
suatu kondisi yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya lebih jelas dari pada
akar masalah tersebut.sebagai contoh, suatu gejala dapat berupa penjualan yang
rendah yang tercermin dalam suatu sistem pelaporan penjualan.
Masalah adalah suatu kondisi atau
kejadian yang merugikan atau berpotensi merugikan atau menguntungkan bagi
perusahaan. Manajer atau seseorang
didalam unit manajer mengidentifikasikan masalah atau gejalanya. Setelah
masalah teridentifikasi, manajer dapat menghubungi seseorang analisis sistem
untuk membantunya dalammemahami masalah. Upaya definisi terdiri dari dua langkah
yaitu,
1. Melanjutkan dari satu sistem ketingkat
subsistem
2. Menganalisis bagian-bagian sistem dalam
suatu urut-urutan tertentu.
Langkah 4 –MELANJUTKAN DARI TINGKAT
SISTEM KETINGKAT SUBSISTEM
Ketika
manajer mencoba untuk memahami masalah, analisis akan memulai pada sistem yang
menjadi tanggung jawab manajer tersebut. Sistem ini dapat berupa perusahaan
atau salah satu unitnya.
Langkah 5 –MENGANALISIS
BAGIAN-BAGIAN SISTEM DALAM URUT-URUTAN TERTENTU
seiring
dengan manajer yang mempelajari masing-masing tingkat sistem, unsur-unsur
sistem juga dianalisis secara berurutan. Sebagai contoh, satu masalah dalam
unsur 4 tidak akan dapat dipecahkan jika terdapat masalah dalam unsur 3.
UNSUR 1 –MENGEVALUASI STANDAR
Standar
kinerja bagi suatu sistem biasanya dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran,
dan kuota.
UNSUR 2 –MEMBANDINGKAN OUTPUT SISTEM DENGAN STANDAR
Setelah
manajer merasa puas dengan standar-standarnya, mereka lalu mengevaluasi output
sistem dengan membandingkannya pada standar.
UNSUR 3 –MENGVALUASI MANAJEMEN
Diberikan
suatu penilaian kritis atas manajemen
dan struktur organisasi sistem.
UNSUR 4 –MENGEVALUASI PROSESOR INFORMASI
Ada
kemungkinan terdapat tim manajemen yang baik, namun tim tersebut tidak
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.jika kasusnya seperti ini , kebutuhan
harus diidentifikasi dan sistem informasi yang memadai harus dirancang dan
diimplementasikan.
UNSUR 5 –MENGEVALUASI INPUT DAN SUMBER DAYA INPUT
Ketika
analisi pada sistem ditingkat ini telah tercapai, sistem konseptual tidak lagi
menjadi masalah, dan masalah terdapat sistem fisik.
UNSUR 6 –MENGEVALUASI PROSES TRANSFORMASI
Prosedur-prosedur
dan praktik-praktik yang tidak efisien dapat menimbulkan kesulitan dalam
mengubah input menjadi output.
UNSUR 7 –MENGEVALUASI SUMBER DAYA OUTPUT
Dalam
menganalisi unsur 2, kita memberikan
perhatian pada output yang diproduksi oleh sistem.disini kita akan
mempertimbangkan sumber daya fisik dalam unsur output suatu sistem. Contoh,
gudang barang jadi, personel dan mesin-mesin dok pengiriman, serta armada truk
pengirim.
A.3. UPAYA SOLUSI
Upaya
solusi melibatkan suatu pertimbangan atas alternatif-alternatif yang layak,
pemilihan alternatif terbaik, dan implementasinya. Jangan lupa untuk
menindaklanjuti implementasi untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif.
Langkah
6 –MENGIDENTIFIKASIKAN SOLUSI-SOLUSI ALTERNATIF
Manajer
mengidentifikasikan cara-cara yang berbeda untuk memecahkan masalah yang sama.
sebagai contoh, asumsikan bahwa masalahnya adalah sebuah komputer yang tidak
dapat menangani peningkatan volume aktivitas perusahaan
Langkah
7 –MENGEVALUASI SOLUSI-SOLUSI ALTERNATIF
Semua
alternatif harus dievaluasi dengan menggunakan kriteria evaluasi yanng sama,
yang mengukur seberapa baik satu alternatif akan memecahkan masalah.
Langkah
8 –MEMILIH SOLUSI YANG TERBAIK
Setelah
mengevaluasi alternatif-alternatif, kita harus memilih alternatif yang terbaik.
Henry mintzberg, seorang teoretikus manajemen, mengidentifikasi tiga cara yang
dilakukan manajer dalam memilih alternatif yang terbaik.
1) Analisis –suatu evaluasi sistematis ats
pilihan-pilihan, dengan mempertimbangkan konsekuensinya pada sasaran
organisasi. Contohnya adalah presentasi yang diberikan oleh tim pengembang
kepada steering commitee SIM, memberikan keuntungan dan kerugian dari semua
pilihan.
2) PERTIMBANGAN
Proses
mental dari seorang manajer. Contoh, seorang manajer produksi akan menerapkan
pengalaman dan intuisinya dalam mengevaluasi tata ruang sebuah pabrik baru yang
diusulkan oleh suatu model matematis.
3) TAWAR-MENAWAR
Negoisasi
diantara bebrapa manajer. Contoh , tawar-menawar yang terjadi diantara para
anggota komite eksekutif sehubungan dengan sistem manajemen basis data mana
yang akan digunakan.
Langkah
9 –MENGIMPLEMENTASIKAN SOLUSI
Masalah
tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih solusi yang terbaik. Kita perlu
mengimplementasikan solusi terbaik. Dalam contoh, perlu dilakukan pemasangan
peralatan komputasi yang dibutuhkan.
Langkah
10 –MENINDAKLANJUTI UNTUK MEMASTIKAN KEEFEKTIFAN SOLUSI
Manajer
dan para pengembang hendaknya tetap mengawasi situasi untuk memastikan bahwa
solusi yang dipilih telah mencapai hasil yang direncanakan.
B.
SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM
Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi.
Metodologi adalah suatu cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu,
pendekatan sistem adalah metodologi dasar
dalam memecahkan segala jenis masalah. Siklus hidup pengembangan sistem
(systems development cycle -SDLC) adalah aplikasi dari pendekatan sistem bagi
pengembangan suatu sistem informasi.
Siklus
hidup pengembangan sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas
yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai sistem informasi untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.
C.
SDLC TRADISIONAL
Terdapat
beberapa tahapan pekerjaan pengembangan yang perlu dilakukan dalam urut-urutan
tertentu jika suatu proyek ingin memiliki kemungkinan berhasil yang paling
besar. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a.
Perencanaan
b.
Analisis
c.
Desain
d.
Penerapan
e.
Perawatan
1. TAHAP PERENCANAAN
Tahapan ini merupakan tahapan dimana
pengembang mendefinisikan perkiraan-perkiraan kebutuhan akan sumber daya yang
sifatnya masih umum seperti kebutuhan user, kebutuhan infrastruktur dan
lain-lain.
Langkah-langkah dalam tahapan perencanaan:
a. Menyadari adanya masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Menentukan tujuan sistem
d. Mengidentifikasikan kendala-kendala sistem
e. Membuat studi kelayakan
f. Mempersiapkan usulan penelitian sistem
g. Menyetujui atau menolak penelitian sistem
h. Menetapkan mekanisme pengendalian
2. TAHAP
ANALISIS
Tahap penelitian atas sistem yang telah
ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaharui. Informasi
yang didapat dari proses sebelumnya yaitu tahap perencanaan dikaji lebih dalam
oleh seorang “Analis Sistem” atau System Analist. Dari hasil kajiannya seorang
analis tersebut akan menemukan beberapa kelemahan sistem sehingga nantinya ia
akan dapat mengusulkan suatu perbaikan atau solusi.
Kegiatan-kegiatan pada tahap Analisis:
a. Convention. Mendeteksi sistem, apabila sistem
saat ini semakin berkurang manfaatnya (Memburuk)
b. Initial Investigation. Memeriksa sistem saat ini
dengan penekanan pada daerah-daerah yang menimbulkan permasalahan.
c. Determination of Ideal System. Mendapatkan
Konsensus (semacam kesepakatan/voting) dari komunitas pengguna sistem (para
user) tentang sebuah sistem yang ideal (sistem yang diinginkan dari setiap
user).
d. Generation of System Alternatives. Menggali
(explore) perbedaan dari alternatif-alternatif sistem yang ada dalam mengurangi
jarak (gap) antara sistem saat in idengan sistem idealnya.
e. Selection of Proper System. Membandingkan
alternatif-alternatif sistem dengan menggunakan metodologi terstruktur, memilih
alternatif sistem yang paling baik dan mengajukannya atau menjualnya kepada
perusahaan.
3. TAHAP DESAIN
Tahapan setelah analisis sistem yang
menentukan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan pemakai serta memberikan gambaran yang jelas dan rancang
bangun yang lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik lain yang terlibat dalam
pengembangan sistem.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap Desain:
a. Output Design. Mendesain tampilan-tampilan output
dari suatu sistem, berkas atau form.
b. Infput Design. Mendesain form/dokumen masukan
untuk sistem.
c. File Design. Memberikan bentuk-bentuk file yang
dibutuhkan dalam sistem informasi.
4. TAHAP
PERENCANAAN
Tahap dimana desain sistem yang sudah
dibentuj sudah menjadi suatu kode yang siap untuk dioperasikan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
Penerapan:
a. Programming and Testing. Mengkonversikan
perancangan logikal kedalam kegiatan operasi coding dengan bahasa pemrograman
tertentu dan mengetest program, memastikan semua fungsi/modul berjalan dengan
lancar.
b. Training. Memimpin sebuah pelatihan dalam
menggunakan sistem baru yang telah dikembangkan, juga termasuk persiapan lokasi
dan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan pelatihan seperti modul
pembelajaran dan jadwal training.
c. Sistem Change Over. Merubah pemakaian sistem lama
ke sistem baru, dari sistem informasi yang berhasil dibangun. Adapun beberapa
metode konversis sistem diantaranya yaitu: (a) Konversi Paralel (b) Konversi
Bertahap (c) Konversi Percontohan (d) Langsung/Change Over.
5. TAHAP
PERAWATAN
a. Penggunaan Sistem
b. Audit Sistem. Melakukan pengamatan dan penelitian
formal untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi kriteria
kerja.
c. Penjagaan Sistem. Pemantauan rutin
d. Perbaikan Sistem. Melakukan perbaikan jika dalam
program terdapat kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi saat tahap pengujuan
sistem.
e. Meningkatkan Sistem. Jika manejer melihat adanya
potensi peningkatan sistem, hal ini bisa ditindaklanjuti untuk memodifikasi
sistem sesuai keinginan manejer tersebut.
Proyek
direncanakan dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
kemudian disatukan. Sistem yang ada juga dianalisis untuk memahami masalah dan
menentukan persyaratan fungsional dari sistem yang baru, sistem yang baru ini
kemudian dirancang dan diimplementasikan. Setelah implementasi, sistem kemudian
digunakan idealnya untuk jangka waktu yang lama.
Karena
pekerjaan-pekerjaan diatas mengikuti satu pola yang teratur dan dilaksanakan
dengan cara dari atas kebawah, SDLC tradisional sering kali disebut sebagai
pendekatan air terjun (waterfall approach). Aktivitas ini memiliki aliran satu
arah menuju kepenyelesaian proyek.
D.
PROTOTYPING
Prototype
adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para
pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk
yang telah selesai. Proses prototype ini disebut prototyping. Dasar pemikiran
adalah membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam waktu semalam, lalu
memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan memungkinkan prototipe tersebut
diperbaiki kembali dengan sangat cepat.
D.1. JENIS-JEINIS PROTOTIPE
Terdapat
dua jenis prototipe yaitu:
a. Prototipe
evolusioner (evolutionary prototype)
Terus-menerus
disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna
dari sistem yang baru. Jadi, satu prototipe akan menjadi sistem aktual.
b. Prototipe
persyaratan (requirements prototype)
Dikembangkan
sebagai satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari
sistem baru ketika pengguna tidak mampu menggungkapkan dengan jelas apa yang
mereka inginkan.
Pengembangan
Prototipe Evolusioner menunjukkan ada 4 langkah dalam pembuatan suatu Prototipe
Evolusiner :
1. Mengindefinisikasi
Kebutuhan Pengguna
Pengembangan
mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari
sistem.
2. Membuat
Satu Prototipe
Pengembangan
mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototipe.
3. Menentukan
Apakah Prototype Dapat Diterima
Pengembangan
mendemonstrasikan prototype kapada para pengguna untuk mengetahui apakah telah
memberikan hasil yang memuaskan.
4. Menggunakan
prototipe
prototipe
menjadi sistem produksi.
Langkah-langkah
pengembangan prototipe persyaratan yang terlibat dalam pembuatan sebuah tipe
prototipe persyaratan:
1.Membuat
kode sistem yang baru
Pengembangan
menggunakan prototype sebagai dasar untuk pengkodean sistem baru.
2.
Menguji sistem baru
Pengembang
menguji system.
3.
Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima
Penggunaan
memberitahukan kepada pengembang apakah sistem dapat diterima.
4.Membuat
sistem baru menjadi sistem produksi
pendekatan
ini diikuti prototipe ditujukan hanya untuk memiliki penampilan dari suatu
sistem produksi.
D.2. DAYA TARIK PROTOTYPING
pengguna
maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-alasan di bawah ini:
a.
Membaiknya komunikasi antara pengembang dari pengguna.
b.
Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan kebutuhan
pengguna.
c.
Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
d.
Pengembangan dan pegguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam
pengembangan sistem.
e.
Implementasikan menjadi jauh lebih mudah terasa pengguna tahu apa yang
diharapkan.
D.3. POTENSI KESULITAN DARI PROTOTYPING
prototyping
bukannya tidak memiliki potensi kesulitan. kesulitan tersebut antara lain:
a.
Terburu-buru dalam menyerahkan prototype dapat menyebabkan diambilnya jalan
pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternative dan dokumentasi. Dalam
jalan pintas ini akan menciptakan usaha-usaha yang “cepat dan kotor”.
b.
Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototype yang diberikan yang mengarah
pada ekspektasi yang tidak realitis sehubungan dengan sistem produksi nantinya.
c.
Prototype evalusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
d.
Antarmuka komputer manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping
tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang baik.
E.
PENGEMBANGAN APLIKASI CEPAT
Satu
metedologi yang memiliki tujuan yang sama dengan prototyping, yaitu memberikan
respons yang cepat atas kebutuhan pengguna, namun dengan lingkup yang lebih
luas adalah R.A.D. Istilah RAD dari rapid application development atau
pengembangan aplikasi cepat diperkenalkan oleh konsultan komputer dan penulis
James Martin. dan istilah ini pada suatu pengembangan siklus hidup yang
dimaksudkan untuk memproduksi sistem dengan cepat tanpa mengorbankan mutunya.
RAD adalah kumpulan strategi,
metodologi dan alat terintegrasi yang terdapat di dalam suatu kerangka kerja
yang disebut rekayasa informasi. Rekayasa informasi (information
engineering-IE) adalah nama yang diberikan Martin kepada keseluruhan pendekata
pengembangan sistemnya, yang ia perlakukan sebagai suatu aktivitas perusahaan
secara menyeluruh. istilah perusahaan (enterprise) digunakan untuk menjabarkan
keseluruhan perusahaan.
1. UNSUR-UNSUR PENTING RAD
RAD
membutuhkan empat unsur penting yaitu:
1. Manajemen: Khususnya manajemen puncak,
Hendaknya menjadi penguji coba (experimenter) yang suka melakukan hal-hal
dengan cara baru atau pengadaptasi awal (early adapter)yang dengan cepat
mempelajari bagaimana cara menggunakan metodologi-metodologi baru
2. Orang: Dari pada hanya memanfaatkan satu
tim untuk malakukan seluruh aktivitas SDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang
dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus
3. Metodologi: Metodologi dasar RAD adalah
siklus hidup RAD.
4. Alat-alat: Alat-alat RAD terutama terdiri
atas bahasa-bahasa generasi keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan
bantuan komputer (computer-aided software engineering-CASE) yang memfasilitas
prototyping dan penciptaan kode.
F. PENGEMBANGAN BERFASE
Satu
metodologi pengembangan sistem yang dewasa ini digunakan oleh banyak perusahaan
adalah kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping, dan RAD dengan mengambil
fitur-fitur yang terbaik dari masing-masing metodologi. SDLC tradisional
menyumbangkan urut-urutan tahapan yang logis, prototyping menyumbangkan
pengumpulan iterarif dari umpan balik para pengguna, dan RAD menyumbangkan
pemikiran bahwa keterlibatan pengguna meliputi partisipasi di dalam
pengembangan. Pengembangan berfase (phased development) adalah suatu pendekatan
bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri atas enam tahap-investigasi
awal, analisis, desain, konstruksi awal, konstruksi awal, serta pengujian dan
pemasangan sistem. tahap-tahap analisis, desain dan konstruksiawal dilaksanakan
untuk setiap modul sistem.
F.1. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN BERFASE
Enam
tahap pengembangan berfase yaitu:
1. Investigasi Awal
Menganalisis dengan tujuan untuk
mempelajari tentang organisasi dengan masalah sistemnya: mendefinisikan tujuan,
hambatan , risiko, dan ruang lingkup sistem baru; mengevaluasi proyek maupun
kelayakan sistem; melakukan subdivisi sistem menjadi komponen-komponen besar;
dan mendapatkan umpan balik pengguna.
2. Analisis
pengembang menganalisis persyaratan
fungsional pengguna untuk masing-masing modul sistem dengan menggunakan berbagai
macam teknik pengumpulan informasi dan kemudian mendokumentasikan
teman-temannya dalam bentuk model-model proses, data dan objek.
3. Desain
Pengembangan
merancang komponen dan antar muka dengan sistem-sistem lain untuk setiap modul
sistem yang baru dan kemudian mendokumentasikan desain dengan menggunakan
berbagai jenis teknik pemodelan.
4. Konstruksi Awal
pengembanganmembuat
dan menguji peranti lunak dan untuk setiap modul sistem dan mendapatkan umpan
balik dari pengguna
5. Konstruksi Akhir
peranti
lunak modul diintegrasikan untuk membentuk sismtem yang lengkap, yang diuji
bersama-sama dengan datanya.
6. Pengujian dan Pemasangan Sistem
pengembang
merancang dan melaksanakan uji sistem yang tidak hanya mencakup perantik lunak
dan data, melainkan juga sumber daya informasi lainnya-peranti keras,
fasilitas, personel, dan prosedur.
F.2. FASE-FASE MODUL
Sistem
telah dibagi menjadi tiga modul utama; pembuat laporan, basis data, dan antar
muka Web. jumlah modul akan bervariasi untuk masing-masing sistem, mulai dari
satu hingga sekitar selusin. anda dapat melihat dalam figur tersebut bahwa
analisis, desain, konstruksi awal, dan tinjauan pengguna dilaksanakan secara
terpisah untuk masing-masing modul. lebih jauh lagi, ketiga fase ini dapat
diulang kembali jika diminta oleh tinjauan pengguna – yang mencerminkan
pengaruh dari prototyping.
Jika
prototypingpaling sesuai digunakan untuk sistem kecil, metodologi RAD paling
sesuai untuk sistem besar, maka pengembangan berfase dapat digunakan untuk
pengembangan segala jenis ukuran sistem. Kuncinya adalah cara bagaimana sistem
dibagi menjadi modul-modul yang masing-masing akan dianalisis, dirancang dan
dibuat secara terpisah
G.
DESAIN ULANG PROSES BISNIS
Teknologi
informasi mengalami kemajuan dengan sangat cepat dan organisasi perlu mengambil
keuntungan dari kemajuan-kemajuan. Manajemen sering kali menyimpulkan bahwa
pendekatan-pendekatan baru hendaknya dilakukan untuk sistem-sistem seperti ini,
dengan memanfaatkan secara penuh kemajuan dibidang teknologi komputer modern.
Proses pengerjaan ulang sistem disebut dengan istilah rekayasa ulang (
reengineering) atau disebut juga dengan istilah desain ulang proses bisnis
(business procces redesign-BPR ). BPR memengaruhi operasi TI perusahaan dalam
dua hal yaitu:
1. TI dapat menerapkan BPR untuk mendesain
ulang sistem-sistem informasi yang hidup nya tidak dapat dipertahankan lagi
dengan pemeliharaan biasa. sistem-sistem seperti ini disebut system warisan
(legacy systems), karena mereka terlalu berharga untuk dihapuskan namun
menghisap sumber-sumber daya yang dimiliki oleh IS.
2. Ketika sebuah perusahaan menerapkan BPR
pada operasi-operasi utamanya, usaha ini akan selalu memberikan efek gelombang
yang menyebabkan perancangan ulang system informasi.
1. INISIASI STRATEGIS PROYEK-PROYEK BPR
BPR
memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan operasinya hingga
proyek-proyek seperti ini biasanya dicetuskan di tingkat manajemen strategis.
IS menciptakan dua teknik dalam
menerapkan BPR-rekayasa terbalik dan rekayasa ulang.
a. Rekayasa terbalik
Rekayasa
terbalik (reverse engineering) berasal dari intelijen bisnis. Rekayasa terbalik
adalah proses menganalisis sisem yang sudah ada untuk mengidentifikasi
unsur-unsur dan saling keterhubungan diantara unsur-unsur tersebut sekaligus
untuk membuat dokumentasi pada tinkat abstaksi yang lebih tinggi dari pada yang
telah ada saat ini.
Titik
awal dalam rekayasa terbalik sebuah sistem adalah kode komputernya, yang diubah
menjadi dokumentasi. Dokumentasi ini kemudian dapat diubah dalam uraian-uraian
yang lebih abstrak, seperti diagram arus data, kasus-kasus penggunaan, dan
diagram relasi entitas. Pengubahan ini dapat dilakukan secara manual atau
dengan menggunakan peranti lunak BPR. Tujuan rekayasa terbalik adalah untuk
dapat lebih memahami sebuah sistem agar dapat melakukan perubahan dengan
cara-cara lain, seperti rekayasa ulang.
b. Rekayas ulang
Rekayasa
ulang (reengineering) adalah merancang ulang sebuah sistem seluruhnya dengan
tujuan mengubah fungsionalitasnya.
H. MENEMPATKAN SDLC TRADISIONAL, PROTOTYPING,
RAD, PENGEMBANGAN BERFASE, DAN BPR DALAM PERSPEKIF
SDLC
tradisional, prototyping, RAD, dan BPR semuanya adalah metodoligi. SDLC
tradisional adalah suatu penerapan pendekatan sistem terhadap masalah
pengembangan system, dan memiliki seluruh unsur-unsur pendekatan sistem dasar,
diawali dari identifikasi masal dan di akhiri dengan penggunaan sistem.
Prototyping merupakan bentuk singkatan dari pendekatan sistem yang berfokus
pada defenisi dan pemenuhn kebutuhan pengguna. RAD merupakan suatu pendekatan
alternatif terhadap fase-fase desain dan implementasi SDLC.
I. ALAT PENGEMBANGAN SISTEM
Untuk
dapat melakukan langkah-langkah sesuai dengan yang diberikan oleh metodologi
pengembangan system yang terstruktur, maka dibutuhkan alat dan teknik untuk
melaksanakannya. Alat-alat yang digunakan dalam suatu metodologi umumnya berupa
suatu gambar atau diagram atau grafik. Selain berbentuk gambar, alat-alat yang
digunakan juga ada yang berupa gambar atau grafik (nongraphical tools), seperti
misalnya data dictionary, structured English, pseudocode serta
formulir-formulir untuk mencatat dan menyajikan data.
1. Alat-Alat Pengembangan Sistem Yang
Berbentuk Grafik
Alat-alat
pengembangan system yang berbentuk grafik diantaranya adalah sebagai
berikut ini :
a. HIPO diagram
HIPO
(Hierarchy Plus Input-Process-Output), adalah alat dokumentasi program yang
berbasis pada fungsi, yaitu tiap-tiap modul di dalam system digambarkan oleh
fungsi utamanya.
b. Data Flow diagram
Digunakan
untuk menggambarkan suatu system yang telah ada atau system baru yang akan
dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data
tersebut menglir (misalnya lewat telpon, surat dan sebaginya) atau lingkungan
fisik dimana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, mcrifile,
harddisk, tape, diskette dan lain sebagianya)
c.
Structured Chart
Digunakan
untuk mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari system informasi
secara berjenjang dalam bentuk modul dan submodule dengan menunjukan hubungan
elemen data dan elemen control anatara hubungan modulnya sehingga memberikan
penjelasan lengkap dari system dipandang dari elemen data, elemen control,
modul dan hubungan antar modulnya.
d. SADT (Structure Analysis and Design
Technique)
Structured
Analysis and Design Technique, memandang suatu system terdiri dari dua hal :
benda (obyek, dokumen atau data) dan kejadian (kegiatan yang dilakukan oleh
orang, mesin atau prangkat lunak). Menggunakan dua tipe diagram yaitu, diagram
kegiatan(activity diagrams, disebut actigrams) dan diagram data (data diagrams
disebut datagrams)
e.
Jackson’s diagram (JSD)
Jackson’s
System Develpoment (JSD) membangun suatu
model dari dunia nyata (real world) yang menyediakan subyek-subyek permaslahan
dari system. Disamping alat-alat berbentuk grafik yang digunakan pada suatu
metodologi tertentu, masih terdapat beberapa alat berbentuk grafik yang
sifatnya umum, yaitu dapat digunakan di semua metodologi yang ada. Alat alat
ini berupa suatu bagan yang dapat diklasifikan sebagai berikut :
1) Bagan untuk menggambarkan aktivitas
(activity charting)
a) Bagan alir sistem(system flowchart)
b) Bagan alir program (program flowchart)
yang dapat berupa :
-Bagan alir logika program (program
logic flowchart)
-Bagan alir program computer terinci
(detailed computer program flowchart)
c)
Bagan alir kertas kerja (paperwork
flowchart)
d) Bagan alir proses (process flowchart)
e) Gantt chart
2) Bagan untuk menggambarkan tata letak
(layout charting)
3) Bagan untuk menggambarkan hubungan
personil (personil relationship charting)
a) Bagan distribusi kerja (working
distribution chart)
b) Bagan organisasi (organization chart)
2. Penyebab Kegagalan Pengembangan Sistem
Ada
beberapa penyebab kegagalan dalam pengembangan sistem diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Kurangnya penyesuaian pengembangan
sistem
b. Kelalaian menetapkan kebutuhan pemakai
dan melibatkan pemakai sistem
c. Kurang sempurnanya evaluasi kualitas
analisis biaya
d. Adanya kerusakan dan kesalahan rancangan.
e. Penggunaan teknologi computer dan
perangkat lunak yang tidak direncanakan dan pemasangan teknologi tidak sesuai
f. Pengembangan sistem yang tidak dapat
dipelihara
g. Implementasi yang direncanakan
dilaksanakan kurang baik.
J. PEMODELAN PROSES
Pemodelan
proses pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram alur (flowchart).
Diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui system dan program.
Internasional organization for standardization (ISO) menciptakan standar untuk
bentuk-bentuk symbol flowchart, memastikan penggunaannya diseluruh dunia.
Standar flowchart ISO menentukan spesifikasi penggunaan lebih dari 20 simbol,
dan penggunaan symbol ini secara tepat bahkan dirasakan sulit bagi spesialis
informasi yang paling ahli sekali pun.
1. Diagram
Arus Data
Diagram
arus data (data flow diagram-DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah
sistem yang mempergunakan empat bentuk simbol untuk mengilustrasikan bagaimana
data mengalir melalui proses-proses yang saling tersambung. Simbol-simbol
tersebut mencerminkan (1) Unsur-unsur lingkungan dengan mana sistem
berinteraksi, (2) Proses, (3) Arus data, dan (4) Penyimpanan data.
Unsur-unsur Lingkungan. Unsur-unsur
lingkungan berada di luar batas sistem. Unsur-unsur ini memberikan input data
kepada sistem dan menerima output data dari sistem. Istilah
terminator sering digunakan untuk menyatakan unsur lingkungan karena
menunjukkan titik dimana lingkungan berakhir.
Proses. Proses
adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output yang dapat digambarkan dengan
sebuah lingkaran, persegi panjang horizontal atau persegi panjang tegak
bersudut melingkar yang masing-masing simbol proses diidentifikasi dengan
sebuah label.
Arus Data. Arus
data terdiri atas sekumpulan unsur-unsur data yang berhubungan secara logis.
(mulai dari satu unsur data tunggal hingga satu file atau lebih) yang bergerak
dari satu titik atau proses ke titik atau proses yang lain. Simbol panah
digunakan untuk menggambar arus ini dan dapat digambar dengan menggunakan garis
lurus maupun melingkar.
Penyimpanan Data. Penyimpanan
data adalah suatu gudang data. Bayangkanlah penyimpanan data sebagai “data yang
beristirahat.” Penyimpanan data dapat ditunjukkan oleh sekumpulan garis-garis
sejajar, sebuah kotak dengan ujung terbuka atau oval.
Diagram Arus Data Bertingkat (Leveled Data
Flow Diagram).
Proses
utama sistem ini disebut diagram nomor 0 (figure 0 diagram) yang akan
menjelaskan bagaimana nama tersebut diperoleh nanti. Tambahan DFD dapat
digunakan untuk menghasilkan dokumentasi dengan tingkay yang lebih ringkas dan
lebih terinci.
Diagram
Konteks (context diagram)
Diagram
konteks menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan yang terdiri atas
satu simbol proses tunggal yang melambangkan keseluruhan sistem. Meskipun
diagram konteks mendokumentasikan sebuah sistem pada tingkat yang
tertinggi biasanya akan lebih mudah untuk memulai dokumentasipada tingkat yang
lebih rendah, misalnya tingkat nomor 0.
Diagram
Nomor N (figure n diagram)
Diagram
nomor n mendokumentasikan satu proses dari sebuah DFD dengan tingkat detail
yang lebih besar. N melambangkan nomor proses pada tingkat yang lebih tinggi
dari yang sesuatu sedang didokumentasikan.
Berapa
banyak detail yang harus ditampilkan
Terdapat
dua aturan umum yang memandu para pengembang dalam memutuskan berapa banyak
tingkat DFD yang akan digunakan. Pertama ialah membatasu satu DFD menjadi tidak
lebih dari enam hingga delapan proses. Kedua ialah menggunakan alat lain untuk
mendokumentasikan tingkat detail yang paling rendah, tetapi dengan menggunakan
tidak lebih dari satu halaman.
2. Kasus
Penggunaan
Kasus
penggunaan (ude case) adalah uraian naratif dalam bentuk kerangka dan dialog
yang terjadi antara sistem primer dengan sekunder. Terdapat dua format
kasus penggunaan salah satunya berbentuk naratif kontinu dengan nomor yang
berurutan untuk masing masing tindakan, sedangkan format yang lain disebut
format ping-pong karenaterdiri atas dua naratif dan penomoran yang menunjukkan
bagaimana tugas-tugas terjadi bergantian antar seistem primer dan sekunder.
3. Kapan
Menggunakan Diagram Arus data dan Kasus Penggunaan
Diagram
arus data dan kasus penggunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap
investigasi awal dan analisis dari metodologi pengembangan berfase. DFD
mengilustrasikan suatu tinjauan atas pemrosesan dan kasus penggunaan memberikan
detailnya. Biasanya dibutuhkan beberapa kasus penggunaan untuk mendukung suatu
diagram angka 0.
K. MANAJEMEN PROYEK
Proyek-proyek
pengembangan sistem yang pertama dikelolah oleh manajer unit TI, dengan di
bantu oleh manajer dari analisis sistem, pemograman, dan operasi. Melaluai
percobaan, tanggung jawab manajemen secara bertahap telah mencapai tingkat
manajemen yang lebih tinggi yaitu tingkat strategis dalam kebanyakan kasus.
Ketika
sistem memiliki nilai strategis atau pengaruhnya meliputi keseluruhan
organisasi, direktur utama atau komite eksekutif perusahaan dapat memutuskan
untuk mengawasi sendiri proyek pengembangan tersebut. Banyak perusahaan dapat
membentuk satu komite khusus di bawah tingkat komite eksekutif yang menerima
tanggung jawab untuk mengawasi seluruh proyek system. Tujuan dibentuknya sebuah
komite adalah untuk memberikan panduan, arah, dan kendali secara terus menerus,
maka ia disebut sebagai steering committee (komite pengarah)
1. Steering Committee SIM
Ketika
sebuah perusahaan membentuk satu steering committee dengan tujuan untuk
mengarahkan penggunaan sumber daya komputasi perusahaan, maka nama steering
committee SIM akan digunakan.
Steering
committee SIM adalah bukti yang paling nyata bahwa perusahaan memang berniat
untuk menjadikan sumber daya infomasi tersedia bagi seluruh pengguna yang benar
benar membutuhkannya.
Steering
committee SIM menjalankan tiga fungsi utama:
a.
Menciptakan kebijakan yang memastikan dukungan computer untuk mencapai sasaran
strategis perusahaan
b.
Melakukan pengendalian fiscal dengan bertindak sebagai yang berwenang dalam
memberikan persetujuan untuk seluruh permintaan akan pendanaan yang berhubungan
dengan computer.
c.
Menyelesaikan perselisihan yang terjadi sehubungan dengan prioritas penggunaan
computer.
Jadi
secara tidak langsung tugas steering committee SIM adalah melaksanakan seluruh
strategi yang dibuat oleh komite eksekutif maupun rencana strategis untuk
sumber daya informasi.
2. Kepemimpinan Proyek
Aktifitas
tim akan di arahkan oleh seorang ketua tim atau pimpinan proyek yang memberikan
arahan di sepanjang masa proyek. Berbeda dari steering committee SIM, tim
proyek tidaklah bersifat terus menerus; biasanya akan di bubarkan ketika
implementasi telah selesai di laksanakan.
3. Mekanisme Manajemen Proyek
Dasar
dari manajemen proyek adalah rencana proyek, yang dibuat selama tahap
investigasi awal ketika metedologi pengembangan berfase diikuti. Setelah tujuan-tujuan
proyek, kendala, dan ruang lingkupnya telah selesai didefinisikan , kita akan
dapat mendefinisikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan. Rencana ini
pertama tama dirancang dalam bentuk umu dan selanjutnya dibuat menjadi lebih
spesifik. Satu format yang popular untuk rencana terinci adalah grafik gantt,
yang mengidetnifikasi pekerjaan-pekerjaan, siapa yang akan melaksanakan dan
kapan akan dilaksanakan .
Dengan
cara ini, komite akan dapat tetap terus mengikuti perkembangan untuk memastikan
bahwa proyek akan dapat diselesaikan dengan sukses, dan berada dalam batasan
waktu dan anggaran.
4. Dukungan Web bagi Manajemen Proyek
Selain
system manajemen proyek babasis peranti lunak seperti Microsoft project,
dukungan juga dapat diperoleh dari internet. Sebagai contoh, Logic Software.
L. MENGISTIMASI BIAYA PROYEK
Mengistimasikan
waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah
system telah lama menjadi satu tugas menantang. Akan tetapi, lambat laun telah
diciptakan banyak metode yang dapat digunakan untuk mengistimasi biaya dan
jadwal proyek. Semua metode ini kurang lebih mengandalkan pada tiga komponen:
1. Informasi mengenai system tertentu yang
sedang di buat dan orang yang akan melakukan pengembangan.
2. Pengalaman historis
3.
Pengetahuan mengenai proses pengembangan
peranti lunak dan alat-alat serta teknik estimasi.
Proses
pengistimasi proyek terdiri atas sekumpulan input, alat-alat dan teknik, serta
output.
L.1. INPUT PENGESTIMASIAN BIAYA
Kebutuhan
sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan
dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Tarif sumber daya (resource rates) adalah
biaya per unit untuk setiap jenis sumber daya. Estimasi durasi aktivitas
(activity duration estimates) menyebutkan periode pekerjaan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan aktivitas.
L.2. ALAT-ALAT DAN TEKNIK ESTIMASI BIAYA
Estimasi
analogi (analogous estimating) menggunakan biaya actual proyek-proyek serupa
yang telah dilakukan di masa lalu sebagai dasar untuk memproyeksikan biaya dari
proyek yang sedang dipertimbangkan. Estimasi dari bawah ke atas (botton-up
estimating) dimulai dengan detail, seperti aktivitas dalam grafik gant. Semakin
banyak detail awal, maka semakin akurat hasil yang diperkirakan.
Alat-alat
terkomputerisasi (computerized tools) dapat digunakan secara terpisah atau
untuk menyerdehanakan alat-alat yang baru saja diuraikan. Model-model matematis
(mathematical models) dapat digunakan untuk menguantifikasi karakteristik
proyek dan membuat simulasi dari berbagai macam scenario.
L.3. OUTPUT PENGISTIMASIAN BIAYA
Estimasi
biaya dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke proyek dan
biasanyadinyatakan dalam unit-unit keuangan yang berlaku, Dolar atau Euro.
Detail-detail pendukung mendokumentasikan bagaimana estimasi tersebut dihitung
dan setiap asumsi yang diambil. Rencana manajemen biaya (cost management plan)
menjelaskan bagaimana varians biaya akan dikelolah.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
KESIMPULAN
1. Pendekatan
sistem merupakan pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah
yang komplek dan bersifat interdisiplin sebagai bagian dari suatu sistem.
2. Siklus
hidup pengembangan sistem dapat di definisikan sebagai serangkaian aktivitas
yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.
3. Proyek
di rencanakan dan sumber-sumber daya yang di butuhkan untuk melakukan pekerjaan
kemudian di satukan. Karena pekerjaan-pekerjaan membutuhkan satu pola yang
teratur dan dilaksanakan dengan cari dari atas ke bawah, SDLC tradisional
sering kali disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach)
4. Prototyping
memberikan ide bagi pembuat atau pemakai potensial tentang cara sistem
berfungsi dalam bentuk yang lengkap.
5. Pengmbangan
aplikasi cepat mendukung prototyping dalam mengembangkan suatu aplikasi yang
cepat.
6. Pengembangan
berfase merupakan suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang
terdiri dari beberapa tahap guna memperbaiki beberapa sistem.
7. Desain
ulang proses bisnis memiliki potensi pengaruh dramtis pada perusahaan dan
operasinya hingga proyek-proyek biasanya di cetuskan di tingkat manajemen
strategis.
8. Sejumlah
metodologi SDLC telah mengalami evolusi dengan siklus tradisional, prototyping,
RAD dan pengembangan berfase.
9. Alat-alat
pengembangan sistem digunakan untuk melaksanakan pengembangan sistem agar lebih
terstruktur yang berupa suatu gambar atau grafik.
10. Ketika
sistem dikembangkan, proses data dan objek akan dibuat modelnya. Alat pemodelan
yang populer adalah diagram arus data yang menggunakan simbol-simbol dan unsur
lingkungan yang dihubungkan oleh panah untuk menunjukkan arus data.
11. Manajemen
proyek berpengaruh bagi perusahaan untuk memutuskan guna mengawasi sendiri
proyek pengembangan pada perusahaan.
12. Sebelum
manajemen memberikan kata setuju untuk memulai suatu proyek sistem, manajer
biasanya meminta agar biaya proyek di estimasi.
B.
SARAN
a.
Sebelum menerapkan Prototype sistem
informasi pada perusahaan, sebaiknya harus di lakukan uji coba sebelum di
gunakan sampai tidak di temukan kesalahan dalam pengoperasiannya. Hal ini di
lakukan untuk menghindari dampak buruk yang dapat terjadi pada system yang di
akibatkan oleh kesalahan proses penggunaan prototype sistem informasi
perusahaan.
b.
Dukungan dari pihak manajemen
sangat di perlukan untuk penembangan sistem informasi di perusahaan berupa
dana, teknis dan kebijakan.
c.
Pemeliharaan rutin pasa sistem
informasi manajemen perlu untuk di laksanakan, mengingat keamanan data
perusahaan dalam perangkat basis data sistem informasi.
DAFTAR PUSAKA
Mcloed
raymond dan george . 2008. Sistem informasi manajemen ,10th ed. Jakarta:
salemba empat
http://kumpulanmakalahsim.blogspot.co.id/2014/05/pengembang-sistem.html