Kamis, 19 Januari 2017

PENGEMBANGAN SISTEM

PENGEMBANGAN SISTEM
 D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 7 :
1. Febri Damayanti Nasution                         14110004
2. Indah Pratiwi                                              14110178
3. Jaya Sumarlin                                             14110130
4. Tria Andini                                                 14110058
5. Riki Hendro                                                14110134
Kelas K3-1B Sore
STIE BINA KARYA
TEBING TINGGI
2016


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................  i
PENGEMBANGAN SISTEM..................................................................................................... 1
A.    PENDEKATAN SISTEM................................................................................................  1
A.1. Urut-Urutan Langkah..............................................................................................   2
A.2. Upaya Defenisi.........................................................................................................  3
A.3. Upaya Solusi............................................................................................................  5
B.     SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM............................................................  6
C.     SLDC TRADISIONAL................................................................................................... 7
C.1. Tahap Perencanaan.................................................................................................... 7
C.2. Tahap Analisis........................................................................................................... 8
C.3. Tahap Desain............................................................................................................. 8
C.4. Tahap Perencanaan.................................................................................................... 9
C.5. Tahap Perawatan....................................................................................................... 9
D.    PROTOTYPING.............................................................................................................. 10
D.1. Jenis-Jenis Prototipe.................................................................................................. 10
D.2. Daya Tarik Prototyping............................................................................................. 11
D.3. Potensi Kesulitan Dari Prototyping........................................................................... 12
E.     PENGEMBANGAN APLIKASI CEPAT...................................................................... 12
F.      PENGEMBANGAN BERFASE..................................................................................... 13
F.1. Tahap-Tahap Perkembangan Berfrase........................................................................ 14
F.2. Fase-Fase Modul........................................................................................................ 15
G.    DESAIN ULANG PROSES BISNIS............................................................................. 15
H.    MENEMPATKAN SDLC TRADISIONAL, PROTOTYPING, RAD, PENGEMBANGAN BERTAHAP DAN BPR DALAM PERSPEKTIF................................................................................ 16
I.       ALAT-ALAT PENGEMBANGAN SISTEM................................................................. 17
J.       PEMODELAN PROSES................................................................................................. 19
K.    MANAJEMEN PROYEK............................................................................................... 21
L.     MENGESTIMASI BIAYA PROYEK............................................................................ 23
L.1. Input Pengestimasian Biaya...................................................................................... 23
L.2. Alat-Alat Dan Teknik Estimasi Biaya....................................................................... 23
L.2. Output Pengestimasian Biaya.................................................................................... 24
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................... 25
A. Kesimpulan................................................................................................................... 25
B. Saran............................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. iii


PENGEMBANGAN SISTEM

Pengembangan sistem merupakan tindakan mengubah, menggantikan, atau menyusun kembali sistem lama menjadi sistem yang baru baik secara sebagian maupun keseluruhan untuk memperbaiki sistem yang selama ini berjalan (yang telah ada).
Dalam sebuah perusahaan yang dinamis sebuah pengembangan sistem merupakan suatu tindakan yang penting untuk dilakukan, tujuannya adalah agar mekanisme atau sistem kerja pada perusahaan tersebut menjadi lebih baik, semua aspek lebih terintegrasi pada suatu sistem/peraturan. Titik berat pada pengembangan ini ialah bagaimana mengganti sebuah sistem (mengembangkan) dari yang lama (konvensional) ke yang lebih baru (modern), sebuah sistem yang lebih terintegrasi dengan perangkat komputerisasi yang lebih memudahkan pengolahan data guna menghasilkan informasi yang berkualitas yang nantinya berperan penting dalam pengambilan keputusan pada tingkat manajer (pimpinan) suatu perusahaan.

A. PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan sistem adalah pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah yang kompleks dan bersifat interdisiplin sebagai bagian dari suatu sistem. Pendekatan sistem mencoba menggali elemen-elemen terpenting yang memiliki kontribusi signifikan terhadap tujuan. Pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisikal, dapat dihubungkan dengan analisis biotis, dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial. Ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem, ialah:
1.        Adanya tujuan: Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentu­kan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan kompo­nen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem meng­arah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem ialah pusat orientasi dalam suatu sistem.
2.        Adanya komponen sistem (selain tujuan): Jika suatu sistem itu ialah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) ialah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di dalamnya ialah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem. 
3.        Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem: Tubuh badan kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhan­nya (semua fungsi komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita sebagai manusia ber­jalan secara sihat dan semestinya.
4.        Adanya interaksi antar komponen: Antar sub-sistem atau komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan
Proses pemecahan masalah secara sistematis bermulai dari John dewey, seorang profesor filosofi dari colombia university. Ia mengidenfikasikan tiga seri penelitian yang terlibat dalam memecahkan suatu kontroversi secara memadai:
a.  Mengenali kontroversi
b. Menimbang klaim alternative
c. Membentuk penilaian
Ilmuwan manajemen dan spesialis informasi merekomendasikan kerangka kerja dikenal sebagai pendekatan sistem (system approach) yaitu serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa suatu masalah telah dipahami, solusi-solusi alternatif telah dipertimbangkan, dan bahwa solusi yang dipilih berhasil.
A.1.      URUT-URUTAN LANGKAH
Meskipun banyak uraian mengenai pendekatan sistem mengikuti pola dasar yang sama, namun jumlah langkahnya dapat bervariasi. Kita menggunaka 10 langkah, yang dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu :



Langkah 1 ­–MELIHAT PERUSAHAAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Anda harus dapat memandang perusahaan anda sebagai suatu sistem. Hal ini dapat terlaksana dengan mempergunakan model sistem umum.
Langkah 2 –MENGENAL SISTEM LINGKUNGAN
Hubungan perusahaan atau organisasi dengan lingkungannya juga merupakan suatu hal yang penting.
Langkah 3 –MENGIDENTIFIKASI SUBSISTEM PERUSAHAAN
Subsistem utama perusahaan dapat mengambil beberapa bentuk, bentuk termudah yang dapat dilihat manajer adalah area-area bisnis.Manajer juga dapat melihat tingkat-tingkat manajemen sebagai subsistem.

A.2.      UPAYA DEFINISI
            Upaya definisi biasanya dirangsang oleh suatu pemicu masalah(problem tringger) yaitu suatu sinyal yang menandakan bahwa keadaan berjalan lebih baik atau lebih bururk dari yang telah direncanakan.sinyal itu dapat berasal dari dalam perusahaan atau lingkungannya dan akan mengawali suatu proses pemecahan masalah. Gejala (symptom) adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh masalah dan biasanya lebih jelas dari pada akar masalah tersebut.sebagai contoh, suatu gejala dapat berupa penjualan yang rendah yang tercermin dalam suatu sistem pelaporan penjualan.
            Masalah adalah suatu kondisi atau kejadian yang merugikan atau berpotensi merugikan atau menguntungkan bagi perusahaan.  Manajer atau seseorang didalam unit manajer mengidentifikasikan masalah atau gejalanya. Setelah masalah teridentifikasi, manajer dapat menghubungi seseorang analisis sistem untuk membantunya dalammemahami masalah. Upaya definisi terdiri dari dua langkah yaitu,
1.      Melanjutkan dari satu sistem ketingkat subsistem
2.      Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urut-urutan tertentu.


Langkah 4 –MELANJUTKAN DARI TINGKAT SISTEM KETINGKAT SUBSISTEM
Ketika manajer mencoba untuk memahami masalah, analisis akan memulai pada sistem yang menjadi tanggung jawab manajer tersebut. Sistem ini dapat berupa perusahaan atau salah satu unitnya.
Langkah 5 –MENGANALISIS BAGIAN-BAGIAN SISTEM DALAM URUT-URUTAN TERTENTU
seiring dengan manajer yang mempelajari masing-masing tingkat sistem, unsur-unsur sistem juga dianalisis secara berurutan. Sebagai contoh, satu masalah dalam unsur 4 tidak akan dapat dipecahkan jika terdapat masalah dalam unsur 3.

UNSUR  1 –MENGEVALUASI STANDAR
Standar kinerja bagi suatu sistem biasanya dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran, dan kuota.
UNSUR  2 –MEMBANDINGKAN OUTPUT SISTEM DENGAN STANDAR
Setelah manajer merasa puas dengan standar-standarnya, mereka lalu mengevaluasi output sistem dengan membandingkannya pada standar.
UNSUR  3 –MENGVALUASI MANAJEMEN
Diberikan suatu penilaian kritis atas manajemen  dan struktur  organisasi sistem.
UNSUR  4 –MENGEVALUASI PROSESOR INFORMASI
Ada kemungkinan terdapat tim manajemen yang baik, namun tim tersebut tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan.jika kasusnya seperti ini , kebutuhan harus diidentifikasi dan sistem informasi yang memadai harus dirancang dan diimplementasikan.
UNSUR  5 –MENGEVALUASI INPUT DAN SUMBER DAYA INPUT
Ketika analisi pada sistem ditingkat ini telah tercapai, sistem konseptual tidak lagi menjadi masalah, dan masalah terdapat sistem fisik.
UNSUR  6 –MENGEVALUASI PROSES TRANSFORMASI
Prosedur-prosedur dan praktik-praktik yang tidak efisien dapat menimbulkan kesulitan dalam mengubah input menjadi output.
UNSUR  7 –MENGEVALUASI SUMBER DAYA OUTPUT
Dalam menganalisi unsur  2, kita memberikan perhatian pada output yang diproduksi oleh sistem.disini kita akan mempertimbangkan sumber daya fisik dalam unsur output suatu sistem. Contoh, gudang barang jadi, personel dan mesin-mesin dok pengiriman, serta armada truk pengirim.

A.3.      UPAYA SOLUSI
Upaya solusi melibatkan suatu pertimbangan atas alternatif-alternatif yang layak, pemilihan alternatif terbaik, dan implementasinya. Jangan lupa untuk menindaklanjuti implementasi untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif.

Langkah 6 –MENGIDENTIFIKASIKAN SOLUSI-SOLUSI ALTERNATIF
Manajer mengidentifikasikan cara-cara yang berbeda untuk memecahkan masalah yang sama. sebagai contoh, asumsikan bahwa masalahnya adalah sebuah komputer yang tidak dapat menangani peningkatan volume aktivitas perusahaan
Langkah 7 –MENGEVALUASI SOLUSI-SOLUSI ALTERNATIF
Semua alternatif harus dievaluasi dengan menggunakan kriteria evaluasi yanng sama, yang mengukur seberapa baik satu alternatif akan memecahkan masalah.
Langkah 8 –MEMILIH SOLUSI YANG TERBAIK
Setelah mengevaluasi alternatif-alternatif, kita harus memilih alternatif yang terbaik. Henry mintzberg, seorang teoretikus manajemen, mengidentifikasi tiga cara yang dilakukan manajer dalam memilih alternatif yang terbaik.

1)      Analisis –suatu evaluasi sistematis ats pilihan-pilihan, dengan mempertimbangkan konsekuensinya pada sasaran organisasi. Contohnya adalah presentasi yang diberikan oleh tim pengembang kepada steering commitee SIM, memberikan keuntungan dan kerugian dari semua pilihan.
2)      PERTIMBANGAN
Proses mental dari seorang manajer. Contoh, seorang manajer produksi akan menerapkan pengalaman dan intuisinya dalam mengevaluasi tata ruang sebuah pabrik baru yang diusulkan oleh suatu model matematis.
3)      TAWAR-MENAWAR
Negoisasi diantara bebrapa manajer. Contoh , tawar-menawar yang terjadi diantara para anggota komite eksekutif sehubungan dengan sistem manajemen basis data mana yang akan digunakan.
Langkah 9 –MENGIMPLEMENTASIKAN SOLUSI
Masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih solusi yang terbaik. Kita perlu mengimplementasikan solusi terbaik. Dalam contoh, perlu dilakukan pemasangan peralatan komputasi yang dibutuhkan.
Langkah 10 –MENINDAKLANJUTI UNTUK MEMASTIKAN KEEFEKTIFAN SOLUSI
Manajer dan para pengembang hendaknya tetap mengawasi situasi untuk memastikan bahwa solusi yang dipilih telah mencapai hasil yang direncanakan.

B.   SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SISTEM

 Pendekatan sistem merupakan sebuah metodologi. Metodologi adalah suatu cara yang direkomendasikan dalam melakukan sesuatu, pendekatan sistem adalah metodologi dasar  dalam memecahkan segala jenis masalah. Siklus hidup pengembangan sistem (systems development cycle -SDLC) adalah aplikasi dari pendekatan sistem bagi pengembangan suatu sistem informasi.
Siklus hidup pengembangan sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.

C.   SDLC TRADISIONAL

Terdapat beberapa tahapan pekerjaan pengembangan yang perlu dilakukan dalam urut-urutan tertentu jika suatu proyek ingin memiliki kemungkinan berhasil yang paling besar. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a. Perencanaan
b. Analisis
c. Desain
d. Penerapan
e. Perawatan

1. TAHAP PERENCANAAN
Tahapan ini merupakan tahapan dimana pengembang mendefinisikan perkiraan-perkiraan kebutuhan akan sumber daya yang sifatnya masih umum seperti kebutuhan user, kebutuhan infrastruktur dan lain-lain.
Langkah-langkah dalam tahapan perencanaan:
a. Menyadari adanya masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Menentukan tujuan sistem
d. Mengidentifikasikan kendala-kendala sistem
e. Membuat studi kelayakan
f. Mempersiapkan usulan penelitian sistem
g. Menyetujui atau menolak penelitian sistem
h. Menetapkan mekanisme pengendalian
2. TAHAP ANALISIS
Tahap penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbaharui. Informasi yang didapat dari proses sebelumnya yaitu tahap perencanaan dikaji lebih dalam oleh seorang “Analis Sistem” atau System Analist. Dari hasil kajiannya seorang analis tersebut akan menemukan beberapa kelemahan sistem sehingga nantinya ia akan dapat mengusulkan suatu perbaikan atau solusi.
Kegiatan-kegiatan pada tahap Analisis:
a. Convention. Mendeteksi sistem, apabila sistem saat ini semakin berkurang manfaatnya (Memburuk)
b. Initial Investigation. Memeriksa sistem saat ini dengan penekanan pada daerah-daerah yang menimbulkan permasalahan.
c. Determination of Ideal System. Mendapatkan Konsensus (semacam kesepakatan/voting) dari komunitas pengguna sistem (para user) tentang sebuah sistem yang ideal (sistem yang diinginkan dari setiap user).
d. Generation of System Alternatives. Menggali (explore) perbedaan dari alternatif-alternatif sistem yang ada dalam mengurangi jarak (gap) antara sistem saat in idengan sistem idealnya.
e. Selection of Proper System. Membandingkan alternatif-alternatif sistem dengan menggunakan metodologi terstruktur, memilih alternatif sistem yang paling baik dan mengajukannya atau menjualnya kepada perusahaan.
3. TAHAP DESAIN
Tahapan setelah analisis sistem yang menentukan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pemakai serta memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik lain yang terlibat dalam pengembangan sistem.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap Desain:
a. Output Design. Mendesain tampilan-tampilan output dari suatu sistem, berkas atau form.
b. Infput Design. Mendesain form/dokumen masukan untuk sistem.
c. File Design. Memberikan bentuk-bentuk file yang dibutuhkan dalam sistem informasi.
4. TAHAP PERENCANAAN
Tahap dimana desain sistem yang sudah dibentuj sudah menjadi suatu kode yang siap untuk dioperasikan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap Penerapan:
a. Programming and Testing. Mengkonversikan perancangan logikal kedalam kegiatan operasi coding dengan bahasa pemrograman tertentu dan mengetest program, memastikan semua fungsi/modul berjalan dengan lancar.
b. Training. Memimpin sebuah pelatihan dalam menggunakan sistem baru yang telah dikembangkan, juga termasuk persiapan lokasi dan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan pelatihan seperti modul pembelajaran dan jadwal training.
c. Sistem Change Over. Merubah pemakaian sistem lama ke sistem baru, dari sistem informasi yang berhasil dibangun. Adapun beberapa metode konversis sistem diantaranya yaitu: (a) Konversi Paralel (b) Konversi Bertahap (c) Konversi Percontohan (d) Langsung/Change Over.

5. TAHAP PERAWATAN
a. Penggunaan Sistem
b. Audit Sistem. Melakukan pengamatan dan penelitian formal untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi kriteria kerja.
c. Penjagaan Sistem. Pemantauan rutin
d. Perbaikan Sistem. Melakukan perbaikan jika dalam program terdapat kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi saat tahap pengujuan sistem.
e. Meningkatkan Sistem. Jika manejer melihat adanya potensi peningkatan sistem, hal ini bisa ditindaklanjuti untuk memodifikasi sistem sesuai keinginan manejer tersebut.
Proyek direncanakan dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan kemudian disatukan. Sistem yang ada juga dianalisis untuk memahami masalah dan menentukan persyaratan fungsional dari sistem yang baru, sistem yang baru ini kemudian dirancang dan diimplementasikan. Setelah implementasi, sistem kemudian digunakan idealnya untuk jangka waktu yang lama.
Karena pekerjaan-pekerjaan diatas mengikuti satu pola yang teratur dan dilaksanakan dengan cara dari atas kebawah, SDLC tradisional sering kali disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach). Aktivitas ini memiliki aliran satu arah menuju kepenyelesaian proyek.

D.   PROTOTYPING

Prototype adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai. Proses prototype ini disebut prototyping. Dasar pemikiran adalah membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam waktu semalam, lalu memperoleh umpan balik dari pengguna yang akan memungkinkan prototipe tersebut diperbaiki kembali dengan sangat cepat.
D.1.      JENIS-JEINIS PROTOTIPE
Terdapat dua jenis prototipe yaitu:
a.       Prototipe evolusioner (evolutionary prototype)
Terus-menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Jadi, satu prototipe akan menjadi sistem aktual.
b.      Prototipe persyaratan (requirements prototype)
Dikembangkan sebagai satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu menggungkapkan dengan jelas apa yang mereka inginkan.
Pengembangan Prototipe Evolusioner menunjukkan ada 4 langkah dalam pembuatan suatu Prototipe Evolusiner :
1.      Mengindefinisikasi Kebutuhan Pengguna
Pengembangan mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem.

2.      Membuat Satu Prototipe
Pengembangan mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototipe.
3.      Menentukan Apakah Prototype Dapat Diterima
Pengembangan mendemonstrasikan prototype kapada para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
4.      Menggunakan prototipe
prototipe menjadi sistem produksi.
Langkah-langkah pengembangan prototipe persyaratan yang terlibat dalam pembuatan sebuah tipe prototipe persyaratan:
1.Membuat kode sistem yang baru
Pengembangan menggunakan prototype sebagai dasar untuk pengkodean sistem baru.
2. Menguji sistem baru
Pengembang menguji system.
3. Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima
Penggunaan memberitahukan kepada pengembang apakah sistem dapat diterima.
4.Membuat sistem baru menjadi sistem produksi
pendekatan ini diikuti prototipe ditujukan hanya untuk memiliki penampilan dari suatu sistem produksi.

D.2.      DAYA TARIK PROTOTYPING
pengguna maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-alasan di bawah ini:
a. Membaiknya komunikasi antara pengembang dari pengguna.
b. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna.
c. Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
d. Pengembangan dan pegguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam pengembangan sistem.
e. Implementasikan menjadi jauh lebih mudah terasa pengguna tahu apa yang diharapkan.

D.3.      POTENSI KESULITAN DARI PROTOTYPING
prototyping bukannya tidak memiliki potensi kesulitan. kesulitan tersebut antara lain:
a. Terburu-buru dalam menyerahkan prototype dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evaluasi alternative dan dokumentasi. Dalam jalan pintas ini akan menciptakan usaha-usaha yang “cepat dan kotor”.
b. Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototype yang diberikan yang mengarah pada ekspektasi yang tidak realitis sehubungan dengan sistem produksi nantinya.
c. Prototype evalusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
d. Antarmuka komputer manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang baik.

E.   PENGEMBANGAN APLIKASI CEPAT
Satu metedologi yang memiliki tujuan yang sama dengan prototyping, yaitu memberikan respons yang cepat atas kebutuhan pengguna, namun dengan lingkup yang lebih luas adalah R.A.D. Istilah RAD dari rapid application development atau pengembangan aplikasi cepat diperkenalkan oleh konsultan komputer dan penulis James Martin. dan istilah ini pada suatu pengembangan siklus hidup yang dimaksudkan untuk memproduksi sistem dengan cepat tanpa mengorbankan mutunya.
            RAD adalah kumpulan strategi, metodologi dan alat terintegrasi yang terdapat di dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi. Rekayasa informasi (information engineering-IE) adalah nama yang diberikan Martin kepada keseluruhan pendekata pengembangan sistemnya, yang ia perlakukan sebagai suatu aktivitas perusahaan secara menyeluruh. istilah perusahaan (enterprise) digunakan untuk menjabarkan keseluruhan perusahaan.
1.      UNSUR-UNSUR PENTING RAD
RAD membutuhkan empat unsur penting yaitu:
1.    Manajemen: Khususnya manajemen puncak, Hendaknya menjadi penguji coba (experimenter) yang suka melakukan hal-hal dengan cara baru atau pengadaptasi awal (early adapter)yang dengan cepat mempelajari bagaimana cara menggunakan metodologi-metodologi baru
2.    Orang: Dari pada hanya memanfaatkan satu tim untuk malakukan seluruh aktivitas SDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus
3.    Metodologi: Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD.
4.    Alat-alat: Alat-alat RAD terutama terdiri atas bahasa-bahasa generasi keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan bantuan komputer (computer-aided software engineering-CASE) yang memfasilitas prototyping dan penciptaan kode.

F.    PENGEMBANGAN BERFASE

Satu metodologi pengembangan sistem yang dewasa ini digunakan oleh banyak perusahaan adalah kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping, dan RAD dengan mengambil fitur-fitur yang terbaik dari masing-masing metodologi. SDLC tradisional menyumbangkan urut-urutan tahapan yang logis, prototyping menyumbangkan pengumpulan iterarif dari umpan balik para pengguna, dan RAD menyumbangkan pemikiran bahwa keterlibatan pengguna meliputi partisipasi di dalam pengembangan. Pengembangan berfase (phased development) adalah suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri atas enam tahap-investigasi awal, analisis, desain, konstruksi awal, konstruksi awal, serta pengujian dan pemasangan sistem. tahap-tahap analisis, desain dan konstruksiawal dilaksanakan untuk setiap modul sistem.

F.1.      TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN BERFASE                          
Enam tahap pengembangan berfase yaitu:
1.    Investigasi Awal
     Menganalisis dengan tujuan untuk mempelajari tentang organisasi dengan masalah sistemnya: mendefinisikan tujuan, hambatan , risiko, dan ruang lingkup sistem baru; mengevaluasi proyek maupun kelayakan sistem; melakukan subdivisi sistem menjadi komponen-komponen besar; dan mendapatkan umpan balik pengguna.
2.    Analisis
     pengembang menganalisis persyaratan fungsional pengguna untuk masing-masing modul sistem dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan informasi dan kemudian mendokumentasikan teman-temannya dalam bentuk model-model proses, data dan objek.
3.    Desain
Pengembangan merancang komponen dan antar muka dengan sistem-sistem lain untuk setiap modul sistem yang baru dan kemudian mendokumentasikan desain dengan menggunakan berbagai jenis teknik pemodelan.
4.    Konstruksi Awal
pengembanganmembuat dan menguji peranti lunak dan untuk setiap modul sistem dan mendapatkan umpan balik dari pengguna
5.    Konstruksi Akhir
peranti lunak modul diintegrasikan untuk membentuk sismtem yang lengkap, yang diuji bersama-sama dengan datanya.
6.    Pengujian dan Pemasangan Sistem
pengembang merancang dan melaksanakan uji sistem yang tidak hanya mencakup perantik lunak dan data, melainkan juga sumber daya informasi lainnya-peranti keras, fasilitas, personel, dan prosedur.

F.2.      FASE-FASE MODUL
Sistem telah dibagi menjadi tiga modul utama; pembuat laporan, basis data, dan antar muka Web. jumlah modul akan bervariasi untuk masing-masing sistem, mulai dari satu hingga sekitar selusin. anda dapat melihat dalam figur tersebut bahwa analisis, desain, konstruksi awal, dan tinjauan pengguna dilaksanakan secara terpisah untuk masing-masing modul. lebih jauh lagi, ketiga fase ini dapat diulang kembali jika diminta oleh tinjauan pengguna – yang mencerminkan pengaruh dari prototyping.
Jika prototypingpaling sesuai digunakan untuk sistem kecil, metodologi RAD paling sesuai untuk sistem besar, maka pengembangan berfase dapat digunakan untuk pengembangan segala jenis ukuran sistem. Kuncinya adalah cara bagaimana sistem dibagi menjadi modul-modul yang masing-masing akan dianalisis, dirancang dan dibuat secara terpisah

G.  DESAIN ULANG PROSES BISNIS

Teknologi informasi mengalami kemajuan dengan sangat cepat dan organisasi perlu mengambil keuntungan dari kemajuan-kemajuan. Manajemen sering kali menyimpulkan bahwa pendekatan-pendekatan baru hendaknya dilakukan untuk sistem-sistem seperti ini, dengan memanfaatkan secara penuh kemajuan dibidang teknologi komputer modern. Proses pengerjaan ulang sistem disebut dengan istilah rekayasa ulang ( reengineering) atau disebut juga dengan istilah desain ulang proses bisnis (business procces redesign-BPR ). BPR memengaruhi operasi TI perusahaan dalam dua hal yaitu:
1.      TI dapat menerapkan BPR untuk mendesain ulang sistem-sistem informasi yang hidup nya tidak dapat dipertahankan lagi dengan pemeliharaan biasa. sistem-sistem seperti ini disebut system warisan (legacy systems), karena mereka terlalu berharga untuk dihapuskan namun menghisap sumber-sumber daya yang dimiliki oleh IS.
2.      Ketika sebuah perusahaan menerapkan BPR pada operasi-operasi utamanya, usaha ini akan selalu memberikan efek gelombang yang menyebabkan perancangan ulang system informasi.

1.      INISIASI STRATEGIS PROYEK-PROYEK BPR
BPR memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan operasinya hingga proyek-proyek seperti ini biasanya dicetuskan di tingkat manajemen strategis.
      IS menciptakan dua teknik dalam menerapkan BPR-rekayasa terbalik dan rekayasa ulang.
a.      Rekayasa terbalik
Rekayasa terbalik (reverse engineering) berasal dari intelijen bisnis. Rekayasa terbalik adalah proses menganalisis sisem yang sudah ada untuk mengidentifikasi unsur-unsur dan saling keterhubungan diantara unsur-unsur tersebut sekaligus untuk membuat dokumentasi pada tinkat abstaksi yang lebih tinggi dari pada yang telah ada saat ini.
Titik awal dalam rekayasa terbalik sebuah sistem adalah kode komputernya, yang diubah menjadi dokumentasi. Dokumentasi ini kemudian dapat diubah dalam uraian-uraian yang lebih abstrak, seperti diagram arus data, kasus-kasus penggunaan, dan diagram relasi entitas. Pengubahan ini dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan peranti lunak BPR. Tujuan rekayasa terbalik adalah untuk dapat lebih memahami sebuah sistem agar dapat melakukan perubahan dengan cara-cara lain, seperti rekayasa ulang.
b.      Rekayas ulang
Rekayasa ulang (reengineering) adalah merancang ulang sebuah sistem seluruhnya dengan tujuan mengubah fungsionalitasnya.

H.  MENEMPATKAN SDLC TRADISIONAL, PROTOTYPING, RAD, PENGEMBANGAN BERFASE, DAN BPR DALAM PERSPEKIF

SDLC tradisional, prototyping, RAD, dan BPR semuanya adalah metodoligi. SDLC tradisional adalah suatu penerapan pendekatan sistem terhadap masalah pengembangan system, dan memiliki seluruh unsur-unsur pendekatan sistem dasar, diawali dari identifikasi masal dan di akhiri dengan penggunaan sistem. Prototyping merupakan bentuk singkatan dari pendekatan sistem yang berfokus pada defenisi dan pemenuhn kebutuhan pengguna. RAD merupakan suatu pendekatan alternatif terhadap fase-fase desain dan implementasi SDLC.

I. ALAT PENGEMBANGAN SISTEM

Untuk dapat melakukan langkah-langkah sesuai dengan yang diberikan oleh metodologi pengembangan system yang terstruktur, maka dibutuhkan alat dan teknik untuk melaksanakannya. Alat-alat yang digunakan dalam suatu metodologi umumnya berupa suatu gambar atau diagram atau grafik. Selain berbentuk gambar, alat-alat yang digunakan juga ada yang berupa gambar atau grafik (nongraphical tools), seperti misalnya data dictionary, structured English, pseudocode serta formulir-formulir untuk mencatat dan menyajikan data.
1.        Alat-Alat Pengembangan Sistem Yang Berbentuk Grafik
Alat-alat pengembangan system yang berbentuk grafik diantaranya adalah sebagai berikut   ini :
a.       HIPO diagram
HIPO (Hierarchy Plus Input-Process-Output), adalah alat dokumentasi program yang berbasis pada fungsi, yaitu tiap-tiap modul di dalam system digambarkan oleh fungsi utamanya.
b.      Data Flow diagram
Digunakan untuk menggambarkan suatu system yang telah ada atau system baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut menglir (misalnya lewat telpon, surat dan sebaginya) atau lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan (misalnya file kartu, mcrifile, harddisk, tape, diskette dan lain sebagianya)
c.     Structured Chart
Digunakan untuk mendefinisikan dan mengilustrasikan organisasi dari system informasi secara berjenjang dalam bentuk modul dan submodule dengan menunjukan hubungan elemen data dan elemen control anatara hubungan modulnya sehingga memberikan penjelasan lengkap dari system dipandang dari elemen data, elemen control, modul dan hubungan antar modulnya.
d.      SADT (Structure Analysis and Design Technique)
Structured Analysis and Design Technique, memandang suatu system terdiri dari dua hal : benda (obyek, dokumen atau data) dan kejadian (kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin atau prangkat lunak). Menggunakan dua tipe diagram yaitu, diagram kegiatan(activity diagrams, disebut actigrams) dan diagram data (data diagrams disebut datagrams)
e.      Jackson’s diagram (JSD)
Jackson’s System Develpoment (JSD) membangun  suatu model dari dunia nyata (real world) yang menyediakan subyek-subyek permaslahan dari system. Disamping alat-alat berbentuk grafik yang digunakan pada suatu metodologi tertentu, masih terdapat beberapa alat berbentuk grafik yang sifatnya umum, yaitu dapat digunakan di semua metodologi yang ada. Alat alat ini berupa suatu bagan yang dapat diklasifikan sebagai berikut :
1)      Bagan untuk menggambarkan aktivitas (activity charting)
a)      Bagan alir sistem(system flowchart)
b)      Bagan alir program (program flowchart) yang dapat berupa :
-Bagan alir logika program (program logic flowchart)
-Bagan alir program computer terinci (detailed computer program flowchart)
c)      Bagan alir kertas kerja (paperwork flowchart)
d)     Bagan alir proses (process flowchart)
e)      Gantt chart
2)      Bagan untuk menggambarkan tata letak (layout charting)
3)      Bagan untuk menggambarkan hubungan personil (personil relationship charting)
a)      Bagan distribusi kerja (working distribution chart)
b)      Bagan organisasi (organization chart)
2.        Penyebab Kegagalan Pengembangan Sistem
Ada beberapa penyebab kegagalan dalam pengembangan sistem diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Kurangnya penyesuaian pengembangan sistem
b.      Kelalaian menetapkan kebutuhan pemakai dan melibatkan pemakai sistem
c.       Kurang sempurnanya evaluasi kualitas analisis biaya
d.      Adanya kerusakan dan kesalahan rancangan.
e.       Penggunaan teknologi computer dan perangkat lunak yang tidak direncanakan dan pemasangan teknologi tidak sesuai
f.       Pengembangan sistem yang tidak dapat dipelihara
g.      Implementasi yang direncanakan dilaksanakan kurang baik.

J.     PEMODELAN PROSES

Pemodelan proses pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram alur (flowchart). Diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui system dan program. Internasional organization for standardization (ISO) menciptakan standar untuk bentuk-bentuk symbol flowchart, memastikan penggunaannya diseluruh dunia. Standar flowchart ISO menentukan spesifikasi penggunaan lebih dari 20 simbol, dan penggunaan symbol ini secara tepat bahkan dirasakan sulit bagi spesialis informasi yang paling ahli sekali pun.
1.        Diagram Arus Data
Diagram arus data (data flow diagram-DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah sistem yang mempergunakan empat bentuk simbol untuk mengilustrasikan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling tersambung. Simbol-simbol tersebut mencerminkan (1) Unsur-unsur lingkungan dengan mana sistem berinteraksi, (2) Proses, (3) Arus data, dan (4) Penyimpanan data.
Unsur-unsur Lingkungan. Unsur-unsur lingkungan berada di luar batas sistem. Unsur-unsur ini memberikan input data kepada sistem dan menerima output data dari sistem. Istilah terminator  sering digunakan untuk menyatakan unsur lingkungan karena menunjukkan titik dimana lingkungan berakhir.
Proses. Proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output yang dapat digambarkan dengan sebuah lingkaran, persegi panjang horizontal atau persegi panjang tegak bersudut melingkar yang masing-masing simbol proses diidentifikasi dengan sebuah label.
Arus Data. Arus data terdiri atas sekumpulan unsur-unsur data yang berhubungan secara logis. (mulai dari satu unsur data tunggal hingga satu file atau lebih) yang bergerak dari satu titik atau proses ke titik atau proses yang lain. Simbol panah digunakan untuk menggambar arus ini dan dapat digambar dengan menggunakan garis lurus maupun melingkar.
Penyimpanan Data. Penyimpanan data adalah suatu gudang data. Bayangkanlah penyimpanan data sebagai “data yang beristirahat.” Penyimpanan data dapat ditunjukkan oleh sekumpulan garis-garis sejajar, sebuah kotak dengan ujung terbuka atau oval.
            Diagram Arus Data Bertingkat (Leveled Data Flow Diagram).
Proses utama sistem ini disebut diagram nomor 0 (figure 0 diagram) yang akan menjelaskan bagaimana nama tersebut diperoleh nanti. Tambahan DFD dapat digunakan untuk menghasilkan dokumentasi dengan tingkay yang lebih ringkas dan lebih terinci.
            Diagram Konteks (context diagram)
Diagram konteks menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan yang terdiri atas satu simbol proses tunggal yang melambangkan keseluruhan sistem. Meskipun diagram konteks mendokumentasikan  sebuah sistem pada tingkat yang tertinggi biasanya akan lebih mudah untuk memulai dokumentasipada tingkat yang lebih rendah, misalnya tingkat nomor 0.
            Diagram Nomor N (figure n diagram)
Diagram nomor n mendokumentasikan satu proses dari sebuah DFD dengan tingkat detail yang lebih besar. N melambangkan nomor proses pada tingkat yang lebih tinggi dari yang sesuatu sedang didokumentasikan.
            Berapa banyak detail yang harus ditampilkan
Terdapat dua aturan umum yang memandu para pengembang dalam memutuskan berapa banyak tingkat DFD yang akan digunakan. Pertama ialah membatasu satu DFD menjadi tidak lebih dari enam hingga delapan proses. Kedua ialah menggunakan alat lain untuk mendokumentasikan tingkat detail yang paling rendah, tetapi dengan menggunakan tidak lebih dari satu halaman.
2.        Kasus Penggunaan
Kasus penggunaan (ude case) adalah uraian naratif dalam bentuk kerangka dan dialog yang terjadi antara sistem primer dengan sekunder. Terdapat dua format kasus penggunaan salah satunya berbentuk naratif kontinu dengan nomor yang berurutan untuk masing masing tindakan, sedangkan format yang lain disebut format ping-pong karenaterdiri atas dua naratif dan penomoran yang menunjukkan bagaimana tugas-tugas terjadi bergantian antar seistem primer dan sekunder.
3.        Kapan Menggunakan Diagram Arus data dan Kasus Penggunaan
Diagram arus data dan kasus penggunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap investigasi awal dan analisis dari metodologi pengembangan berfase. DFD mengilustrasikan suatu tinjauan atas pemrosesan dan kasus penggunaan memberikan detailnya. Biasanya dibutuhkan beberapa kasus penggunaan untuk mendukung suatu diagram angka 0.

K.      MANAJEMEN PROYEK

Proyek-proyek pengembangan sistem yang pertama dikelolah oleh manajer unit TI, dengan di bantu oleh manajer dari analisis sistem, pemograman, dan operasi. Melaluai percobaan, tanggung jawab manajemen secara bertahap telah mencapai tingkat manajemen yang lebih tinggi yaitu tingkat strategis dalam kebanyakan kasus.
Ketika sistem memiliki nilai strategis atau pengaruhnya meliputi keseluruhan organisasi, direktur utama atau komite eksekutif perusahaan dapat memutuskan untuk mengawasi sendiri proyek pengembangan tersebut. Banyak perusahaan dapat membentuk satu komite khusus di bawah tingkat komite eksekutif yang menerima tanggung jawab untuk mengawasi seluruh proyek system. Tujuan dibentuknya sebuah komite adalah untuk memberikan panduan, arah, dan kendali secara terus menerus, maka ia disebut sebagai steering committee (komite pengarah)
1.      Steering Committee SIM
Ketika sebuah perusahaan membentuk satu steering committee dengan tujuan untuk mengarahkan penggunaan sumber daya komputasi perusahaan, maka nama steering committee SIM akan digunakan.
Steering committee SIM adalah bukti yang paling nyata bahwa perusahaan memang berniat untuk menjadikan sumber daya infomasi tersedia bagi seluruh pengguna yang benar benar membutuhkannya.
Steering committee SIM menjalankan tiga fungsi utama:
a. Menciptakan kebijakan yang memastikan dukungan computer untuk mencapai sasaran strategis perusahaan
b. Melakukan pengendalian fiscal dengan bertindak sebagai yang berwenang dalam memberikan persetujuan untuk seluruh permintaan akan pendanaan yang berhubungan dengan computer.
c. Menyelesaikan perselisihan yang terjadi sehubungan dengan prioritas penggunaan computer.
Jadi secara tidak langsung tugas steering committee SIM adalah melaksanakan seluruh strategi yang dibuat oleh komite eksekutif maupun rencana strategis untuk sumber daya informasi.
2.      Kepemimpinan Proyek
Aktifitas tim akan di arahkan oleh seorang ketua tim atau pimpinan proyek yang memberikan arahan di sepanjang masa proyek. Berbeda dari steering committee SIM, tim proyek tidaklah bersifat terus menerus; biasanya akan di bubarkan ketika implementasi telah selesai di laksanakan.
3.      Mekanisme Manajemen Proyek
Dasar dari manajemen proyek adalah rencana proyek, yang dibuat selama tahap investigasi awal ketika metedologi pengembangan berfase diikuti. Setelah tujuan-tujuan proyek, kendala, dan ruang lingkupnya telah selesai didefinisikan , kita akan dapat mendefinisikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan. Rencana ini pertama tama dirancang dalam bentuk umu dan selanjutnya dibuat menjadi lebih spesifik. Satu format yang popular untuk rencana terinci adalah grafik gantt, yang mengidetnifikasi pekerjaan-pekerjaan, siapa yang akan melaksanakan dan kapan akan dilaksanakan .
Dengan cara ini, komite akan dapat tetap terus mengikuti perkembangan untuk memastikan bahwa proyek akan dapat diselesaikan dengan sukses, dan berada dalam batasan waktu dan anggaran.
4.      Dukungan Web bagi Manajemen Proyek
Selain system manajemen proyek babasis peranti lunak seperti Microsoft project, dukungan juga dapat diperoleh dari internet. Sebagai contoh, Logic Software.

L.     MENGISTIMASI BIAYA PROYEK

Mengistimasikan waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah system telah lama menjadi satu tugas menantang. Akan tetapi, lambat laun telah diciptakan banyak metode yang dapat digunakan untuk mengistimasi biaya dan jadwal proyek. Semua metode ini kurang lebih mengandalkan pada tiga komponen:
1.    Informasi mengenai system tertentu yang sedang di buat dan orang yang akan melakukan pengembangan.
2.    Pengalaman historis
3.  Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-alat serta teknik estimasi.
Proses pengistimasi proyek terdiri atas sekumpulan input, alat-alat dan teknik, serta output.
L.1.      INPUT PENGESTIMASIAN BIAYA
Kebutuhan sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu yang akan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Tarif sumber daya (resource rates) adalah biaya per unit untuk setiap jenis sumber daya. Estimasi durasi aktivitas (activity duration estimates) menyebutkan periode pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas.
L.2.      ALAT-ALAT DAN TEKNIK ESTIMASI BIAYA
Estimasi analogi (analogous estimating) menggunakan biaya actual proyek-proyek serupa yang telah dilakukan di masa lalu sebagai dasar untuk memproyeksikan biaya dari proyek yang sedang dipertimbangkan. Estimasi dari bawah ke atas (botton-up estimating) dimulai dengan detail, seperti aktivitas dalam grafik gant. Semakin banyak detail awal, maka semakin akurat hasil yang diperkirakan.
Alat-alat terkomputerisasi (computerized tools) dapat digunakan secara terpisah atau untuk menyerdehanakan alat-alat yang baru saja diuraikan. Model-model matematis (mathematical models) dapat digunakan untuk menguantifikasi karakteristik proyek dan membuat simulasi dari berbagai macam scenario.
L.3.      OUTPUT PENGISTIMASIAN BIAYA
Estimasi biaya dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke proyek dan biasanyadinyatakan dalam unit-unit keuangan yang berlaku, Dolar atau Euro. Detail-detail pendukung mendokumentasikan bagaimana estimasi tersebut dihitung dan setiap asumsi yang diambil. Rencana manajemen biaya (cost management plan) menjelaskan bagaimana varians biaya akan dikelolah.




KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1.      Pendekatan sistem merupakan pendekatan terpadu yang memandang suatu objek atau masalah yang komplek dan bersifat interdisiplin sebagai bagian dari suatu sistem.
2.      Siklus hidup pengembangan sistem dapat di definisikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi.
3.      Proyek di rencanakan dan sumber-sumber daya yang di butuhkan untuk melakukan pekerjaan kemudian di satukan. Karena pekerjaan-pekerjaan membutuhkan satu pola yang teratur dan dilaksanakan dengan cari dari atas ke bawah, SDLC tradisional sering kali disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach)
4.      Prototyping memberikan ide bagi pembuat atau pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk yang lengkap.
5.      Pengmbangan aplikasi cepat mendukung prototyping dalam mengembangkan suatu aplikasi yang cepat.
6.      Pengembangan berfase merupakan suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri dari beberapa tahap guna memperbaiki beberapa sistem.
7.      Desain ulang proses bisnis memiliki potensi pengaruh dramtis pada perusahaan dan operasinya hingga proyek-proyek biasanya di cetuskan di tingkat manajemen strategis.
8.      Sejumlah metodologi SDLC telah mengalami evolusi dengan siklus tradisional, prototyping, RAD dan pengembangan berfase.
9.      Alat-alat pengembangan sistem digunakan untuk melaksanakan pengembangan sistem agar lebih terstruktur yang berupa suatu gambar atau grafik.
10.  Ketika sistem dikembangkan, proses data dan objek akan dibuat modelnya. Alat pemodelan yang populer adalah diagram arus data yang menggunakan simbol-simbol dan unsur lingkungan yang dihubungkan oleh panah untuk menunjukkan arus data.
11.  Manajemen proyek berpengaruh bagi perusahaan untuk memutuskan guna mengawasi sendiri proyek pengembangan pada perusahaan.
12.  Sebelum manajemen memberikan kata setuju untuk memulai suatu proyek sistem, manajer biasanya meminta agar biaya proyek di estimasi.
B. SARAN

a.   Sebelum menerapkan Prototype sistem informasi pada perusahaan, sebaiknya harus di lakukan uji coba sebelum di gunakan sampai tidak di temukan kesalahan dalam pengoperasiannya. Hal ini di lakukan untuk menghindari dampak buruk yang dapat terjadi pada system yang di akibatkan oleh kesalahan proses penggunaan prototype sistem informasi perusahaan.
b.   Dukungan dari pihak manajemen sangat di perlukan untuk penembangan sistem informasi di perusahaan berupa dana, teknis dan kebijakan.
c.    Pemeliharaan rutin pasa sistem informasi manajemen perlu untuk di laksanakan, mengingat keamanan data perusahaan dalam perangkat basis data sistem informasi.



DAFTAR PUSAKA

Mcloed raymond dan george . 2008. Sistem informasi manajemen ,10th ed. Jakarta: salemba empat
http://kumpulanmakalahsim.blogspot.co.id/2014/05/pengembang-sistem.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar